Program Pikiran

Gelisah Galau Merana

Bagikan Ini :

Gelisah Galau Merana

(Gegana)

Oleh: Dr. Ananda Doni

Apakah anda masih ingat lagu citata Gegana yang kepanjangannya Gelisah Galau Merana. Kadang mendengar kata-kata seperti itu sepertinya kok menderita sekali hehehe. Secara defenisi gelisah menggambarkan kekhawatiran, cemas atas satu hal yang akan terjadi.

Galau yang lagi ngetrend saat ini menggambarkan merupakan kumpulan perasaaan-perasaan negatif tertentu, bisa cemas, depresi, takut dll. Merana, menderita atau mengalami perasaan negatif tertentu dalam waktu yang lama.

Tiga hal ini kalau dijadiin satu waduhh, seperti yang saya bilang tadi menderita sekali, kalau punya perasaan Gegana.

Mungkin banyak yang sudah berusaha bagaimana caranya sih supaya perasaaan Gelisah itu bisa hilang, ada yang bilang pikiran kita harus tenang dulu, ada yang bilang juga mesti dilawan. Nah, cara-cara itu juga dulu saya lakukan tapi tetap aja tidak bisa hilang.

Saya ingat beberapa saat yang lalu, ketika saya membereskan salah seorang mahasiswa disalah satu kampus ternama di Yogyakarta, yang memilki masalah kalau mau ujian harus masuk IGD terlebih dahulu, dan itu terjadi terus setiap kali ujian.

Sampai mahasiswa ini sudah di hadapi dengan Drop Out dari kampusnya. Ketika mahasiswa ini sudah mendekati musim-musim ujian perasaannya sudah penuh dengan kegelisahan, ini berlangsung sejak awal masuk kuliah.

Datang dengan saya dengan keluhan cemas takut dan penuh dengan tekanan, saya melakukan treatment atas permasalahan yang menimpa klien ini.

Dalam proses treatment yang saya lakukan ditemukan ternyata apa yang dirasakan sekarang oleh mahasiswa tersebut disebabkan dari peristiwa dari masa kecilnya.

Jadi ada peristiwa saat dia kecil saat itu usia 5 tahun, dia ditinggal Bapak dan Ibunya naik haji, sehingga muncul perasaan takut karena ditinggal. Dengan pemahaman dan pemaknaan yang salah, kejadian dimasa kecil tersebut dibawa sampai dewasanya dan mempengaruhi proses pendidikannya sekarang.

Nah kalau pengalaman ini tidak dibereskan, perasaan takut itu akan terbawa mempengaruhi masa depan mahasiswa tersebut. Pengalaman atas kejadian tersebut saya bereskan dengan cara tertentu pastinya, sehingga mahasiswa bisa menerima atas kejadian tersebut.

Saat mahasiswa ini bisa memaknai dengan tepat peristiwa tersebut, saat itu juga perasaan takut yang selama ini dipegangnya juga berubah menjadi tenang.

Setelah selesai saya treatment, saya dapat kabar dari mahasiswa ini bahwa dia sudah tidak takut lagi menghadapi ujian dan mampu menjalani ujian dengan baik. Yang tadinya dia hamper di Drop Out, akhirnya mampu menyelesaika kuliahnya di S1 kedokteran.

Dan malah sekarang dia mampu menjalani Koassistensi untuk menjadi Dokter yang notabene justru penuh dengan ujian dan tingkat tekanan lebih tinggi, mampu dihadapi dengan baik.

Bisa dibayangkan kalau perasaan negatif yang mahasiswa itu rasakan penuh dengan gelisah dan galau saat menghadapi ujiannya, pastinya belum tentu dia bisa lulus dari sarjana kedokteran.

Dari cerita ini didapatkan bahwa suatu perasaan atau emosi negatif yang kita rasakan baik itu kumpulan perasaan seperti gelisah atau galau itu sendiri pasti ada sebab yang menimbulkan perasaan itu, baik itu dari masa kecil atau remaja kita yang tanpa sengaja menjadi sebuah trauma yang terbawa sampai dewasa.

Untuk itu saya lebih setuju jika kita mengahadapi suatu masalah emosi, saya akan cari dimana akar emosi itu muncul dalam kehidupan seseorang.

Salam

Bagikan Ini :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!