FamilyParenting

Kebaikan Kini Melahirkan Kebaikan Nanti

Bagikan Ini :

Kebaikan Kini Melahirkan Kebaikan Nanti

One generation full of deeply loving parents would change the brain of the next generation, and with that, the world (Dr Charles Raison)

Saya kerap mendengar ungkapan seperti ini, “Menjadi orang tua tuh tidak ada sekolahnya.” Benar, tidak ada sekolah formal yang lulusannya menjadi Sarjana Orang Tua. Tetapi, saya tidak setuju seratus persen pada ungkapan itu. Saya justru meletakkan keyakinan penuh pada idiom ini, “Menjadi orang tua adalah sekolah yang sebenarnya.”

Menjadi orang tua (ternyata) adalah pembelajaran tanpa henti. Menjadi orang tua (ternyata) harus siap ‘ujian dadakan’, yaitu tiba-tiba anak sakit, tiba-tiba anak rewel, tiba-tiba ada bentrok waktu antara kerja dan mendulang anak (untuk yang home office) dan segala kejadian mendadak lainnya, yang membuat orang tua olah raga jantung sebentar. Menjadi orang tua (ternyata) melakukan praktik kerja lapangan, yaitu langsung merawat anak dengan tangannya sendiri, berkomunikasi dengannya secara intens, menyiapkan segala kebutuhannya. Menjadi orang tua (ternyata) juga mengerjakan PR, ketika ia masih bayi, ketika anak sudah tidur bukan berarti tunai segala tugas, mereka masih mencuci botol susunya, masih mencuci alat makannya, masih mencuci popok dan bajunya. Dan, semua itu dilakukan tanpa libur.

Saya katakan, orang tua adalah sebuah sekolah karena semakin bertambah usia anak, semakin banyak hal yang harus dipelajari. Bedanya, ketika sekolah membutuhkan satu ruang belajar, maka menjadi orang tua membutuhkan segala ruang. Bisa belajar dari internet, dari teman, dari orang tua bahkan belajar dari anaknya sendiri. Suatu waktu, teman saya di sosial media menceritakan, ketika anak perempuannya beranjak dewasa, tidak membuat ia menjadi tua, ia justru belajar tentang anak muda, bukan untuk dirinya sendiri, namun agar ia memiliki komunikasi yang setimbang dengan anak gadisnya. Lain waktu, saya mendapatkan ‘ilmu’ tentang mirroring pikiran. Intinya begini, jika kita ingin berkomunikasi dengan anak kecil, maka kita harus berdiri sama tinggi dengannya, menirukan dulu hal yang sedang ia kerjakan. Tujuannya adalah untuk menjangkarkan perhatian anak pada kita. Setelah menjadi kaca bagi dirinya, sama seperti kita sedang menyelaraskan frekuensi dengannya, maka apa yang kita sampaikan akan lebih mudah masuk di pikirannya, ketimbang kita berperan penuh sebagai orang tua yang merasa lebih dewasa, merasa lebih tinggi, dan lebih besar. Jika ingin berbicara dengan anak-anak, gunakan bahasa anak-anak. Dalam ilmu komunikasi, ini dikatakan sebagai menyatukan frame of reference dan frame of experience antara komunikator dan komunikan.

Nah, pembelajaran paling sulit dalam ‘sekolah’ orang tua, menurut saya adalah selain membangun titian komunikasi dengan anak, kita juga menjadi pengukir jiwanya. Anak adalah kertas kosong, orang tua adalah orang pertama yang menorehkan tinta di kertas itu, yang menjadi coretan langkahnya kelak. Saya petikkan sebuah quote dari  guru, sahabat sekaligus pimpinan saya  di kantor Spectacular Mind School, “Tidak ada anak yang bermasalah. Jika anak bermasalah, maka yang sesungguhnya bermasalah adalah orang tuanya.” (Agus EH).

Saya yakin pada quote itu. Dalam konteks ilmu pikiran dikatakan pula, kita mengukir jiwa anak semenjak dalam kandungan. 90% aktivitas yang dilakukan seorang ibu saat hamil akan terbawa menjadi karakter anaknya. Ini sesuai pengalaman saya pula, selama saya hamil, saya seperti kutu loncat dan mendapat banyak kesempatan bertemu orang dan tempat baru. Kegiatan syuting dan event organiser tetap kulakukan hingga usia kandungan saya 8 bulan. Allegro seperti mencerap seluruh energi itu. Di usia 7 bulan, Allegro bisa dibilang seorang pejalan kecil. Ia sangat aktif, suka bepergian dan sangat adaptable dengan situasi di sekelilingnya. Semasa hamil, saya masih takut pada suara-suara yang memekakkan telinga, dan kini ketakutan itu juga menjangkiti Allegro, setiap kali mendengar suara kencang, dia kaget, bahkan ramai orang tertawa kerap membuatnya tiba-tiba menangis. Itu baru ukiran awal.

Masa kecil anak adalah masa bagi orang tua menjadi pengukir jiwa. Kembali lagi dalam ranah ilmu pikiran, tingkat kesadaran anak baru mulai terbuka ketika ia berusia 5 tahun. Sebelumnya, pikiran bawah sadar yang bak spon basah itu membenamkan semua yang ia terima. Ini adalah masa, jadikan dirimu seperti yang kau inginkan untuk anakmu. Karena masa ini anak adalah peniru yang hebat. Ukiran jiwa tidak hanya melalui kata-kata, tetapi juga melalui aktivitas kita. Bukankah anak juga memiliki indera penglihatan?

Bayi, si kertas kosong itu, ukirlah dengan segala hal baik. Jangan kira ia tak bisa paham dengan pasokan kata-kata baik yang kita berikan padanya. Dalam pikiran ada yang disebut kritikal faktor, sebuah sekat yang jadi filter bagi pikiran untuk menerima sebuah ide. Ketika bawah sadarnya masih aktif, suntikkan segala ide kebaikan padanya, misalnya, kau anak pintar, apapun yang dilakukannya. Ide itu akan terpaku di pikirannya. Suatu saat nanti, ketika kesadaran dan pemahamannya akan bahasa telah tiba, lalu ada seseorang atau keadaan yang mengatakan bahwa ia bodoh (maaf, ini perumpamaan saja), maka ide itu ditolak oleh kritikal faktor, karena yang terbenam di pikirannya bukan itu. Dan hal yang terpatri di pikirannya itulah yang akan menjadi pengukuh langkahnya kelak.

Tak ada orang tua yang sempurna, yang ada yaitu orang tua yang berusaha menjadi terbaik bagi anaknya. Terbaik, ya berarti diisi hal baik. Bukan soal susu terbaik atau baju terbaik, tetapi soal kata-kata baik dan perilaku baik yang kau ukir di jiwa anak. Kita mungkin tak sadar, karena telah terbiasa begitu saja mengatakan hal-hal yang negatif, tetapi menjadi orang tua adalah belajar menjadi baik, bukankah demikian jika dikatakan sebagai sekolah, menuju ke hal yang baik, karena kau tidak hanya sedang mendidik anakmu, tetapi ikut menentukan nasib dunia ini di masa depan.

Salam,

Lisa Febriyanti, C.Mt

Bagikan Ini :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!