MITOS OH MITOS
Perkembangan budaya suatu bangsa dipengaruhi oleh seberapa berkembangnya literasi bangsa tersebut. Sama halnya sejarah nusantara yang dahulu hingga berkembang saat ini terpengaruh literasi juga. Dengan kata lain, pandangan atau pola pikir suatu bangsa terhadap suatu konsep, prinsip dan lain sebagainya dipengaruhi literasi.
Semakin berkembang literasinya semakin berubah cara pandang tersebut. Pandangan berkenaan dengan keyakinan atau kepercayaan masyarakat terhadap dewa-dewa misalnya, hal itu pada umumnya diawali dengan mitos.
Berkembangnya mitos menggambarkan seberapa besar derajat pengaruh literasi pada masyarakat tersebut, karena mitos lebih menekankan pada kepercayaan semata.
Namun di sisi lain dalam perkembangannya mitos dapat dibuktikan dengan suatu metode kerja yang ilmiah hal itu di ataranya dipengaruh literasi. Hal yang semula mitos kini menjadi suatu kebenaran yang merupakan hasil penemuan yang rasional.
Kita harus tahu bahwa tahapan keberadaan mitos menjadi suatu fenomena yang niscaya ketika suatu kebenaran atau kebajikan misalnya belum dapat dibuktikan atau dijangkau dengan akal (rasio). Apabila hal tersebut terjadi, maka dalam perjalanan mitos menuju kebenaran akan muncul istilah sementara yaitu wisdom (kearifan/kebijaksanaan), baru kemudian muncullah istilah kebenaran.
Dengan demikian keberadaan mitos merupakan awal proses menuju kebenaran. Pada akhirnya mungkin pula akan terjadi kondisi dimana mitos akan tetap menjadi mitos, menjadi kearifan, atau menjadi kebenaran. Dengan kenyataan seperti itu, terdapat hal yang berperan dalam proses tersebut. Jadi mitos itu adalah awal menuju kebenaran saat disandingkan dengan perkembangan literasi.
Artinya mitos belum tentu khayalan semata tapi kunci yang menggelitik kita untuk menelaah lebih lanjut kebenarannya.
Apakah semua mitos benar semua? Tentu tidak.
Apakah mitos salah semua? Tentu tidak.
Apakah kebenaran ilmiah dahulu adalah kebenaran ilmiah saat ini? Tentu tidak.
Apakah kebenaran ilmiah selalu benar? Tentu tidak.
Kita membutuhkan wisdom (kearifan) dan kebijaksanaan dalam memandang hal yang terkait mitos.
Seorang skeptis berkata “Coba tunjukkan bukti bahwa bahwa kesurupan itu adalah kemasukan jin” atau “tolong tunjukkan bukti bahwa Ratu Kidul itu ada”, “Coba tunjukkan bukti bahwa santet atau teluh itu ada”, “Coba buktikan bahwa kebal itu ada” dll. Semua dianggap mitos tanpa membuka diri bahwa mitos juga ada yang benar.
Harusnya kalau kita berfikir dengan kearifan dan kebijaksanaan sebagai seorang ilmiah. Trus tanyanya gimana dunk? Kuncinya kearifan dan kebijaksanaan.
Selanjutnya Beberapa Kisah Ilmuan Yang Dihukum Karena Penemuannya

Phobia, masih bingung menentukan jurusan, sakit hati, trauma, dihantui masa lalu, cemas, khawatir, sakit tak kunjung sembuh, dll. Konsultasikan di klinik Psikologi Bening