BeliefKeyakinanMindsetSelf Esteem

Kata dan Realitas

Bagikan Ini :

KATA DAN REALITAS

Oleh: Meliana Santoso

KATA DAN REALITAS. Pada tanggal 3 Juni 2016, kita kehilangan seorang yang menorehkan sejarah dunia. Petinju legendaris, Muhammad Ali meninggal dunia pada usia 74 tahun.

Muhammad Ali dianugerahi gelar Sportsman of the Century atas prestasi sebagai petinju terbaik di masanya, bahkan petinju terbaik abad ini.

Dalam karir tinjunya, ia dikenal sebagai “The Greatest” (Yang Terhebat). Sang Legenda pernah mengatakan, “Saya adalah yang terhebat. Saya sudah mengatakan itu jauh sebelum saya tahu bahwa saya adalah yang terhebat. Saya berpikir jika saya sering mengatakannya, maka saya akan meyakinkan dunia bahwa saya adalah (benar) yang terhebat”. Yang terjadi sebenarnya adalah, sebelum Ali meyakinkan dunia, ia membentuk belief (keyakinan) pribadinya terlebih dahulu bahwa dialah yang terhebat.

Kata–kata memiliki kekuatan. Sesungguhnya, kata-kata memiliki dua kekuatan, memberdayakan atau melemahkan. Saya pernah menemui kasus dimana klien yang pernah saya tangani merasa tidak mampu mencapai kesuksesan karena merasa bodoh. Pertanyaan yang menggelitik, mengapa ia merasa bodoh?

Dari terapi yang saya lakukan, diketahui bahwa klien saya itu ternyata sering dikatakan bodoh oleh lingkungannya, baik keluarga ataupun sekolah, sehingga ia MEYAKINI bahwa ia bodoh. Saya menggarisbawahi satu hal, dalam teknologi pikiran, perkataan yang berulang kali diucapkan akan membentuk keyakinan diri seseorang.

Pernyataan positif Muhammad Ali, yang terus diulang oleh dirinya sendiri, bahkan digemakan oleh orang-orang lain, sehingga mewujud dan membentuk sosok “The Greatest” dalam diri Muhammad Ali. Begitu luar biasa pengaruh kata-kata itu. Ironisnya, kasus yang dialami klien saya, justru pernyataan negatif yang banyak diulang sehingga membentuk sosok “bodoh” dalam dirinya. Kasus seperti ini tidak hanya saya temui di satu orang, tetapi juga dalam beberapa kasus lain yang saya tangani.

Belief (keyakinan) kita akan membentuk realitas kita. Belief yang positif akan memberikan hasil yang positif. Sebaliknya belief yang negatif akan memberikan hasil yang negatif. Namun perlu diingat juga bahwa belief yang positif juga harus ditempatkan dalam konteks yang tepat untuk mendukung kesuksesan.

Ada lagi kisah klien saya yang lain. Ia adalah agen asuransi yang merasa terhambat dalam bisnisnya. Setelah menggali data, saya menemukan bahwa menurut si klien, bisnis asuransi adalah menolong orang. Sedangkan orangtua beliau menanamkan bahwa menolong itu tidak boleh menerima uang. Akibatnya klien saya itu merasa bersalah apabila meminta pembayaran premi asuransi.

Kasus ini adalah contoh tabrakan belief dan belief positif yang tidak ditempatkan pada konteks yang tepat. Di sesi terapi, saya membantu klien menata ulang pola pikirnya. Di dalam sesi itu juga saya melakukan diskusi dengan klien tentang belief yang menghambatnya untuk mencapai tujuan bisnis. Hasilnya, setelah ia mengubah belief-nya, klien ini mengalami perkembangan yang luar biasa dalam bisnis asuransinya.

Dari cerita–cerita di atas, saya makin menyadari betapa kekuatan kata-kata mampu membentuk realitas bagi kehidupan kita. Karena itu, bijaksanalah dalam berkata-kata. Sebelum berkata–kata, pikirkanlah apa tujuan dari kata–kata yang akan kita sampaikan? Memberdayakan ataukah justru melemahkan? Jika ditanya demikian, saya yakin, pasti Anda ingin kata-kata Anda memberdayakan.

Jadi mulai sekarang dan seterusnya, setiap kali Anda menegur karyawan Anda yang sering telat, gunakanlah pertanyaan yang fokus terhadap tujuan yaitu “Apa yang bisa membuat Anda datang tepat waktu ke kantor?” bukan hanya mempertanyakan mengapa karyawan tersebut telat.

Bagi para orangtua yang sering menyebutkan kata yang berkonotasi negatif ke anak–anaknya, mulai sekarang dan seterusnya, Anda mampu memilih kata–kata positif untuk membentuk belief yang positif dalam diri anak–anak Anda. Karena kata-kata adalah energi yang luar biasa untuk mewujudkan realitas. Wujudkan realitas positif untuk diri Anda, dimulai dari kata-kata yang Anda ucapkan.

R.I.P Muhammad Ali – Mengapung seperti kupu–kupu dan menyengat seperti lebah.

Meliana Santoso, C.Mt adalah seorang business therapist (therapist yang fokus pada pengembangan bisnis klien), eCommerce practitioner, networking specialist dan tinggal di Jakarta.

Bagikan Ini :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!